Trend Friends With Benefit (FWB) dan Penyakit Seks Menular (PSM)                              

Modernis.co, Jakarta – Trend Friends With Benefits (FWB) atau “teman dengan keuntungan” adalah sebuah fenomena di mana dua orang menjadi teman yang terlibat dalam hubungan seksual tanpa adanya kewajiban atau komitmen romantis. Pengaruh trend ini dapat bervariasi tergantung pada perspektif dan nilai-nilai masyarakat yang berbeda.

Beberapa pengaruh yang mungkin terjadi akibat trend FWB perubahan dalam pandangan tentang hubungan seksual. FWB dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap seks dan hubungan romantis beberapa orang mungkin melihat seks sebagai aktivitas yang terpisah dari ikatan emosional atau komitmen.

Pandangan ini dapat mempengaruhi cara orang memandang hubungan dan mengubah ekspektasi mereka terhadap hubungan romantis di masa depan. Pengaruh pada hubungan romantis trend FWB dapat memiliki dampak pada hubungan romantis yang lebih serius.

Beberapa orang mungkin tergoda untuk menjalin hubungan FWB sebagai alternatif untuk menghindari komitmen atau keterikatan emosional yang lebih dalam. Namun, hal ini juga dapat mengaburkan batasan antara persahabatan dan hubungan romantis, dan mengakibatkan perasaan terluka atau ketidak jelasan dalam hubungan yang lebih serius.

Dalam era digital yang terus berkembang, tren  Friends with Benefits telah menjadi topik yang semakin populer di kalangan masyarakat. mengacu pada hubungan intim yang didasarkan pada persahabatan antara dua orang tanpa adanya komitmen romantis yang serius.

Hubungan semacam ini sering kali didorong oleh keinginan untuk memiliki keintiman fisik tanpa memasuki ikatan emosional yang mendalam. Tren FWB mencerminkan pergeseran budaya dan pandangan masyarakat terhadap hubungan dan seksualitas.

Tradisi yang lebih konservatif dan nilai-nilai sosial yang ketat seputar seksualitas telah mulai terkikis, dan masyarakat kini lebih terbuka terhadap eksplorasi seksual dan perbedaan dalam bentuk hubungan antara manusia. (Codrici & Enciu 2022).

Beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab tren FWB semakin populer.

Pertama, tren ini mungkin muncul sebagai respons terhadap kebutuhan akan kebebasan dan fleksibilitas dalam hubungan. Banyak orang mungkin enggan terjebak dalam ikatan romantis yang mengharuskan komitmen jangka panjang atau aturan yang ketat.

Kedua, perkembangan teknologi dan media sosial telah memainkan peran penting dalam memfasilitasi tren FWB. Aplikasi kencan online dan platform media sosial telah memungkinkan orang untuk terhubung dengan mudah dan menemukan mitra potensial yang memiliki minat serupa. Ini membuka pintu bagi lebih banyak kesempatan untuk menjalin hubungan FWB. (Setyowati & Kurniawan 2022).

Dalam faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan membahas berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan saat menjalani hubungan FWB. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang tren ini, diharapkan kita dapat memperoleh pandangan yang lebih luas tentang dinamika hubungan manusia dalam konteks budaya modern yang terus berkembang.

Menurut Deddy Mulyana (Dalam Ashaf, 2022:  1) Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat natural yang biasa kita alami dan tidak kita sadari sehingga menimbulkan kesamaan yang bersifat kolektif yang mempengaruhi pemikiran kita mengenai komunikasi. Menyatakan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.

Komunikasi sebagai penciptaan makna, proses transaksional simbolik yang melibatkan orang-orang memberikan makna. Ketertarikan dalam komunikasi telah berkembang dalam berbagai aspek di dunia ini. Perkembang dalam dunia komunikasi yang begitu cepat membuat kita cenderung berinteraksi dengan individu lain.

Kegiatan ini bisa kita lihat dapat mengembangkan hubungan antar dua individu. Sebagai sebuah proses, hubungan antar individu disebutkan terus berubah, berkembang dan dinamis.

Pemahaman Mengenai Trend FWB Terhadap Penyakit Seksual Menular

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai tahapan komunikasi remaja dalam jalinan hubungan Friends With Benefits. Menurut Gusarova, Fraser, dan Alderson (Dalam Ashaf 2022) berpendapat bahwa Friends With Benefits sebagai suatu hubungan yang berawal dari persahabatan ataupun perkenalan.

Kemudian berlanjut pada beberapa tingkatan dalam keintiman seksual untuk jangka waktu yang sangat pendek, tetapi untuk mencari pemahaman secara menyeluruh terkait fenomena ini ditentukan, dan bagi kedua individu hal tersebut dianggap sebagai hubungan non-dating.

Dalam hal ini, proses perkenalan sebagai langkah awal para informan menjalani hubungan Friends With Benefits dengan pasangannya. Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan dari informan, diketahui bahwa proses dan tahapan yang dilalui para informan untuk memulai hubungan ini berbeda-beda.

Beberapa informan memang memulai perkenalan melalui teman mereka sendiri. Beberapa informan juga melakukan tahap perkenalan melalui aplikasi dating dan juga berkenalan di dunia malam

Friends with Benefits berhubungan dengan penyakit mengacu pada hubungan seksual atau intim antara dua orang yang memutuskan untuk terlibat secara fisik tanpa memiliki komitmen romantis atau ikatan emosional yang kuat. Penting untuk dicatat bahwa FWB adalah bentuk hubungan yang bisa dijalani oleh orang dewasa yang telah setuju dan sadar akan risiko dan konsekuensi yang mungkin terjadi.

Secara umum, hubungan tidak secara langsung terkait dengan penyakit tertentu. Namun, terdapat beberapa risiko kesehatan yang perlu diperhatikan saat terlibat dalam aktivitas seksual, terlepas dari apakah itu dalam konteks FWB atau dalam hubungan lainnya. (Junça-Silva, A. 2022).

Beberapa penyakit menular seksual (PMS) dapat ditularkan melalui aktivitas seksual tanpa penggunaan perlindungan seperti kondom. Misalnya, penyakit seperti HIV/AIDS, sifilis, gonore, dan herpes genital dapat menular melalui kontak seksual dengan seseorang yang terinfeksi. Oleh karena itu, sangat penting untuk menggunakan metode pengamanan yang tepat seperti penggunaan kondom untuk mengurangi risiko penularan penyakit tersebut.

Selain itu, juga dapat berpotensi meningkatkan risiko perubahan emosional dan psikologis. Keterlibatan dalam hubungan intim tanpa ikatan emosional yang kuat dapat memicu perasaan terasing, kesepian, atau frustrasi pada salah satu atau kedua belah pihak. Hal ini bisa berdampak pada kesejahteraan mental dan dapat mempengaruhi kehidupan emosional seseorang. (Bullan dan Permatasari 2022).

Dalam konteks masyarakat yang dipenuhi nilai-nilai dan norma yang mempengaruhi bahkan mengekang pilihan pribadi seseorang, individu memiliki kapasitas untuk membuat pilihan tertentu dan mengubahnya menjadi tindakan yang diinginkan dalam konteks sosial, budaya, ekonomi, dan politik pada kehidupan sehari-hari.

Pada kaum muda yang aktif secara seksual dan menegosiasikan keputusannya dalam konteks sosial yang tidak mendukung, Bell (Dalam Azzizah 2020:  10) mengkonseptualisasikan negosiasi pilihan kaum muda dalam konteks sosial tersebut sebagai ‘agensi seksual’.

Agensi seksual tersebut merujuk pada proses di mana kaum muda menjadi aktif secara seksual serta strategi, tindakan, dan negosiasi yang terlibat dalam mempertahankan hubungan dan mengarahkan ekspektasi sosial yang lebih luas.

Dengan demikian, agensi seksual terkait erat dengan konsep negosiasi strategis, atau proses di mana individu menempatkan diri mereka, keluarga mereka, serta pilihan seksual dan reproduksi mereka dalam konteks sosial yang lebih besar. (Azzizah  2020).

Dilandasi oleh berbagai kajian literatur mengenai agensi kaum muda dalam menegosiasikan keputusannya dalam konteks sosial yang tidak mendukung, Bell (Dalam Azzizah 2020:  11) membedakan antara tiga konsep agensi yang berbeda namun saling berkaitan. Ketiga konsep tersebut yaitu (1) agency within constraint, (2) subtle agency, dan (3) agency in action. Adapun ketiga konsep agensi tersebut berkaitan dengan bagaimana kaum muda mengambil keputusan dan mengubahnya ke dalam tindakan dengan memposisikan diri dalam konteks sosial serta mempertimbangkan posisi mereka dalam pilihannya sendiri.

Bell (Dalam Azzizah 2020) merumuskan konsep agency within constraint dengan didasarkan pada kerangka pemikiran Bourdieu, di mana agen sosial dipandang berada dalam rangkaian hubungan kekuasaan tertentu di berbagai bidang tindakan sosial.

Kaum muda dapat menghasilkan perubahan kecil dan positif dalam kehidupan pribadi mereka seperti peningkatan harga diri dan kebahagiaan melalui subtle sexual agency. Selanjutnya, Maxwell dan Aggleton (Dalam Azzizah 2020:  12) merumuskan konsep agency in action berdasarkan pada pengalaman kaum muda dan narasi tentang agensi itu sendiri.

Konsep ini berusaha menggambarkan bagaimana refleksi kaum muda terhadap kekuasaan dan pengalaman yang berkaitan dengan kekuasaan di dalam hubungan kaum muda dapat membuka kemungkinan untuk munculnya ‘agentic practice’ yang lebih berkelanjutan.

Faktor yang Mempengaruhi Trend FWB Terhadap Penyakit Seksual Menular

Ketika dua insan manusia menjalani hubungan tanpa ikantan emosional, yang dilakukan akan menjerumus pada hubungan sebatas seksual. Hubungan tanpa status ini adalah hubungan yang menguntungkan satu dengan yang lain.

Pada hubungan ini mereka tidak menganut prinsip monogami, karena tidak adanya komitmen, maka setiap orang dibebaskan berhubungan dengan lawan jenis lain tanpa menuntut kesetiaan. Oleh sebab itu, sejak awal sudah harus ada kesepakaan bersama ketika menjalani hubungan ini, sudah tahu dan sudah mengerti konsekuensi dan bertanggung jawab dengan keputusan yang telah diambil.

Ketika seseorang menjalani hubungan ini sebuah pantangan bila membawa perasaan, namun tidak menutup kemungkinan seseorang akan merasakan perasaan ekstrim atau bahasa jaman sekarang “baper”. Perempuanlah yang cenderung sering mengalami perasaan ekstrim akibat hubungan Friends With Benefits dilihat dari hasil penunisan terdapat 87.7% di banding lakilaki yang hanya sebesar 15,1%.

Dikarenakan berbagai macam kerugian yang didapat oleh perempuan dimulai dari segi biologis bahkan juga kultural. Ketika laki-laki baru mengenal seorang perempuan akan menaikan kadar testoteron dalam tubuh mereka, dan disaat laki-laki mencapai orgasme pada saat berhubungan badan hormon oksitosin laki-laki akan naik 50% dimana akan meningkatkan pula rasa kepercayaan dirinya, tetapi hal ini hanyalah bertahan sesaat.

Laki-laki cenderung tidak mempunyai perasaan yang dalam dan akan melupakan semuanya yang telah terjadi bila mereka sudah bosan. Berbeda dengan perempuan yang memiliki esterogen yang bilamana bercampur dengan oksitosin akan berdampak terjadinya keterikatan lalu berakhir dengan rasa jatuh cinta.

Dampak buruk lainnya bagi perempuan akan menjadi stress karena tidak bisa mendapat balasan cinta dari teman lawan jeninsnya. Hal fatal lainnya bisa juga kemungkinan depresi dan kemungkinan menyakiti diri sendiri (Vianey  2018).

Perubahan Nilai dan Norma Sosial

Nilai dan norma sosial dalam masyarakat dapat berubah dari waktu ke waktu. Jika terdapat pergeseran dalam pandangan terhadap hubungan monogami dan kecenderungan masyarakat yang lebih terbuka terhadap variasi hubungan intim, mungkin hubungan tersebut menjadi lebih umum.

Perubahan nilai dan norma sosial dapat mempengaruhi tren Friends with Benefits dan potensi penularan penyakit menular seksual. Beberapa faktor yang terkait dengan perubahan nilai dan norma sosial yang memengaruhi hubungan dan risiko terpaparnya penyakit.

Penerimaan terhadap kehidupan seksual yang bebas perubahan dalam nilai dan norma sosial yang lebih menerima kehidupan seksual dapat mengarah pada peningkatan popularitas dan penerimaan FWB. Jika kehidupan seksual yang bebas dianggap lebih normatif atau diterima secara sosial, individu mungkin lebih cenderung terlibat dalam hubungan pertemanan. (Irawan 2022).

Pengaruh Media dan Budaya Populer

Media massa dan budaya populer dapat mempengaruhi pandangan dan perilaku individu terkait hubungan intim. Jika media seringkali mempromosikan atau menggambarkan secara positif, hal ini dapat mempengaruhi pandangan dan perilaku masyarakat secara keseluruhan. (Pradnya 2022).

Pengaruh Teknologi dan Aplikasi Kencan

Kemajuan teknologi dan popularitas aplikasi kencan online telah memudahkan orang untuk menjalin hubungan dengan cara yang berbeda. Aplikasi kencan seperti Tinder atau Grindr  yang sering kali memfasilitasi pertemuan singkat dan hubungan yang tidak terikat, dapat mempengaruhi hubungan.

Pengalaman dan lingkungan individu dalam hubungan sebelumnya, latar belakang keluarga, dan pengaruh teman-teman serta lingkungan sosialnya juga dapat memengaruhi pandangan dan perilaku terkait hubungan seks. (Agustian & Sugiarta 2023).

Faktor Psikologis

Menurut (Rahmawati 2022) terdapat faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang. Misalnya, individu yang lebih cenderung mengutamakan kebebasan, independensi, atau kurangnya minat dalam komitmen jangka panjang mungkin lebih tertarik pada hubungan pertemanan.

Sementara itu, individu yang menghargai stabilitas, keamanan emosional, dan komitmen. Perlu dicatat bahwa faktor-faktor ini tidak bersifat mutlak dan dapat bervariasi antara individu dan budaya.

Dampak yang Mempengaruhi Trend FWB Terhadap PSM

Secara teoritik memberikan penjelasan bahwa alternatif mengenai bentuk hubungan baru di kalangan kaum muda sebagai dampak dari adanya perubahan pola intimasi dalam masyarakat modern, yaitu hubungan friends with benefit.

Hal ini dikarenakan masih sangat terbatasnya kajian yang membahas perubahan pola intimasi dalam konteks masyarakat Indonesia, khususnya melalui perspektif kaum muda yang terlibat di dalam bentuk hubungan hasil dari transformasi pada intimasi tersebut. Selain itu, dampak kaum muda yang menjalani hubungan friends with benefit sebagai pihak yang memiliki kapasitas 6 untuk mengekspresikan seksualitasnya dalam konteks masyarakat yang cenderung ‘mengekang’.

Dengan demikian, hal ini berusaha memberikan sumbangan literatur mengenai kaum muda sebagai agensi, bukan hanya pihak yang dikekang oleh ekspektasi masyarakat. Hasil data ini juga diharapkan menyumbangkan kajian di lingkup gender dan seksualitas serta kajian tentang kaum muda karena membahas mengenai ekspresi seksualitas pada kalangan kaum muda.

Giddens (Dalam Azzizah 2020:  7). Berpendapat bahwa intimasi pada masyarakat secara bertahap berubah mengarah ke tipe hubungan yang didasarkan pada kesetaraan emosional dan seksual, di mana hanya berlangsung sesuai dengan kebutuhan. Studi terdahulu tentang fenomena transformasi intimasi secara umum dapat dikelompokkan menjadi studi-studi yang berfokus menjelaskan bagaimana intimasi berubah baik dalam bentuk maupun konten.

Musial Muniruzzaman (Dalam Azzizah 2020:  7). Kelompok studi yang menjelaskan bagaimana intimasi berubah baik dalam bentuk maupun konten umumnya menyimpulkan bahwa intimasi bertransformasi menjadi lebih lepas didasarkan pada nilai-nilai kesetaraan dan otonomi.

Hubungan pada keluarga kontemporer yang lebih mengarah kepada hubungan friend-like terjadi karena adanya pilihan pribadi yang diakui secara setara. Sementara itu, Kogovsek et al (Dalam Azzizah 2020: 7) berpendapat bahwa sikap individu terhadap hubungan, cinta, dan monogami hampir berubah dalam beberapa hal dan umumnya didasarkan pada idealisasi kesetaraan emosional dan seksual dalam hubungan.

Di sisi lain, studi-studi yang membahas konsekuensi dari perubahan intimasi umumnya memberikan gambaran tentang dampak yang pada akhirnya juga menunjukkan kelemahan.

Musial (Dalam Azzizah 2020: 7) menemukan bahwa individu menjadi bebas dari adat dan tradisi sehingga memiliki otonomi lebih, intimasi, dan kesetaraan. Namun demikian, meskipun intimasi telah terlepas dari kekangan adat dan tradisi, secara bersamaan ia juga dijajah oleh kapitalisme dan pasar.

Kecenderungan ini kemudian menciptakan berbagai masalah seperti meningkatnya angka perceraian yang berimplikasi pada munculnya masalah dalam sosialisasi anak pada keluarga tiri, meningkatnya hubungan seksual di luar pernikahan, serta tingginya risiko penularan infeksi dan penyakit menular seksual.

Solusi Mengatasi Maraknya Trend FWB Pada Remaja yang Menyebabkan PSM

Adapun pendapat dari psikolog dan sosiolog dalam mengatasi fenomena friends with benefits dan one night stand dengan ajaran agama dan juga kepada norma sosial karena agama merupakan dasar dalam menjalankan kehidupan sehingga dengan penguatan dalam segi agama juga menjadi salah satu faktor penting dalam mengatasi fenomena unconditional love.

Faktor religiusitas berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja dimana semakin tinggi religiusitas remaja maka semakin rendah perilaku seksualnya Seotjiningsih (Dalam  Fitianingrum 2019:  6). Pentingnya pendidikan seks yang diberikan oleh orang tua juga dapat menjadi salah satu cara untuk meminimalisir terjadinya perilaku seks bebas. Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seorang agar dapat mengerti tentang arti, fungsi dan tujuan seks.

Khisbiyah dkk, (Dalam Wulandari & Meiranny 2022)  menyatakan Tanpa pendidikan dan informasi yang terarah, baik secara formal maupun informal dapat dipastikan bahwa remaja akan melihat seks sebagai rasa penasaran. Sehingga remaja mudah terjerumus dalam perilaku seks menyimpang seperti melakukan hubungan seks bebas pranikah.

Serta komunikasi orang tua dan anak dapat menentukan seberapa besar kemungkinan anak tersebut melakukan tindakan seksual, semakin rendah komunikasi tersebut, maka akan semakin besar anak tersebut melakukan tindakan seksual.

Selain itu kepedulian masyarakat yang saat ini semakin acuh terhadap fenomena – fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat perlu menjadi perhatian karena diperlukannya sebuah kepedulian sosial yang juga diberikan oleh masyarakat. Begitu juga dengan para remaja yang harus pintar untuk memfilter baik itu informasi atau pun sebuah gaya hiduo sehingga tidak mengikuti trend yang jauh dari nilai agama dan norma sosial.

Selain itu adanya kesepakatan yang dibuat saat menjalin hubungan unconditonal love meliputi no feeling yaitu mereka yang terlibat dalam hubungan unconditional love tidak boleh memiliki rasa yang lebih dari layaknya seorang teman no commitment.

Komitmen adalah suatu keputusan yamg diambil seseorang bahwa dia mencintai orang lain dan secara berkesinambungan akan tetap mempertahankan cinta tersebut, no intercours, no dokumentasi seseorang yang melakukan hubungan friends with benefits dan one night stand biasanya membuat sebuah peraturan untuk tidak mengambil gambar atau video ketika mereka sedang bersama  karena hubungan tersebut hanya boleh diketahui oleh mereka  yang menjalin nya saja, atau bahkan untuk  memposting di sosial media itu juga menjadi sebuah aturan yang sangat tidak diperbolehkan. (Fitianingrum, F. 2019).

Hubungan friends with benefits dan night stand biasanya pria yang akan lebih mementingkan aspek seksual dari hubungan ini laki-laki yang mengalami stres cenderung akan mencari teman perempuannya untuk mendapatkan dukungan emosional.

Sedangkan beberapa wanita mungkin ingin menggunakan hubungan friendss with benefits sebagai sarana ‘test drive’ untuk hubungan yang akan lebih panjang dan berkomitmen kedepannya seperti yang disarankan Teori Strategi Seksual. (Codrici & Enciu, (2022).

Kesimpulan

Era digital yang terus berkembang, tren Friends with Benefits telah menjadi topik yang semakin populer di kalangan masyarakat. Beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab tren FWB semakin populer. Pemahaman mengenai trend FWB terhadap penyakit seksual menular Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai tahapan komunikasi remaja dalam jalinan hubungan Friends With Benefits.

Berpendapat bahwa Friends  With Benefits sebagai suatu hubungan yang berawal dari persahabatan ataupun perkenalan, kemudian berlanjut pada beberapa tingkatan dalam keintiman seksual untuk jangka waktu yang lama. Friends With Benefits itu benar atau salah, tetapi untuk mencari pemahaman secara menyeluruh terkait fenomena ini ditentukan, dan bagi kedua individu hal tersebut dianggap sebagai hubungan biasa.

Penulisan ini mengulik proses perkenalan sebagai langkah awal para informan menjalani hubungan Friends With Benefits dengan pasangannya. Perkenalan dalam hubungan ini terjadi melalui proses komunikasi yang cukup sederhana. Friends with Benefits berhubungan dengan penyakit mengacu pada hubungan seksual atau intim antara dua orang yang memutuskan untuk terlibat secara fisik tanpa memiliki komitmen romantis atau ikatan emosional yang kuat.

Oleh: Muhamad Rafi Asshegaf, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang

Daftar Pustaka

Agustian, S., Reza, F., & Sugiarta, N. (2023). Makna Open Relationship Pada Pengguna Aplikasi Kencan Online (Studi Fenomenologi Makna Open Relationship Pada Generasi Z Pengguna Aplikasi Kencan Online Tinder). JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), 7(1).

Ashaf, A. F. (2022). Konstruksi Sosial Dalam Jalinan Hubungan Friends With Benefits (FWB)(Studi Pada Remaja Di Kota Bandarlampung). INTERCODE, 2(1).

Azzizah, A. N. (2020). Friends With benefit: Agensi Seksual Kaum Muda Dalam Kontestasi Nilai dan Norma. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Sosiologi Universitas Indonesi

Bullan, L., Permatasari, R., Adawiah, S. R., Herdianti, V. N., Adam, Z., & Yusantari, S. (2022). Edukasi Resiko Penularan HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga dan Lansia. Kolaborasi: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(3), 291-296.

Codrici, E., Popescu, I. D., Tanase, C., & Enciu, A. M. (2022). Friends With Benefits: Chemokines, Glioblastoma-Associated Microglia/Macrophages, And Tumor Microenvironment. International Journal Of Molecular Sciences, 23(5), 2509.

Fitianingrum, F. (2019). Polemik Unconditional Love di Kalangan Mahasiswa. SOSIETAS, 9(1).

Herbenick, D., Hensel, D. J., Eastman-Mueller, H., Beckmeyer, J., Fu, T. C., Guerra-Reyes, L., & Rosenberg, M. (2022). Sex And Relationships Pre-And Early-COVID-19 Pandemic: Findings From A Probability Sample Of US Undergraduate Students. Archives Of Sexual Behavior, 51(1), 183-195.

Irawan, D. (2022). Fungsi Dan Peran Agama Dalam Perubahan Sosial Individu, Masyarakat. Borneo: Journal of Islamic Studies, 2(2), 125-135.

Junça-Silva, A. (2022). Friends with benefits: the positive consequences of pet-friendly practices for workers’ well-being. International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(3), 1069.

Pradnya, R. S. (2022). Pengaruh Budaya Populer Korea Selatan Terhadap Budaya Konsumtif Pada Generasi Milenial Di Jakarta. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 24(2), 710-732.

Rahmawati, H. K., Djoko, S. W., Diwyarthi, N. D. M. S., Aldryani, W., Ervina, D., Miskiyah, M., … & Irwanto, I. (2022). Psikologi perkembangan. CV WIDINA MEDIA UTAMA.

Setyowati, N., & Kurniawan, F. (2022, October). Optimalisasi Peran Orang Tua dalam Pemberian Sex Education untuk Mencapai Indonesia Emas 2045: Literature Review. In Prosiding Seminar Kesehatan Nasional Sexophone.

Vianey, M. (2018). Friends With Benefits.

Wulandari, R. C. L., Rindiani, R., & Meiranny, A. (2022). Pola Hubungan Seksual Selama Kehamilan Remaja: Literature Review. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 5(6), 612-617.

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Leave a Comment